Inkubator Agripreneur Tebu: Program Inovatif Meningkatkan Produktivitas Pertanian Menuju Swasembada Gula 2028

Inkubator Agripreneur Tebu: Program Inovatif Meningkatkan Produktivitas Pertanian Menuju Swasembada Gula 2028

Simak Fakta – Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai swasembada gula pada tahun 2028. Pencapaian ini tentu tidak mudah, mengingat tantangan besar yang dihadapi dalam hal produktivitas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula nasional. Indonesia sebagai negara penghasil gula terbesar ke-17 di dunia memiliki potensi besar, namun masih perlu meningkatkan produktivitas agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri tanpa tergantung pada impor.

Namun, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, ada peluang signifikan bagi generasi muda untuk berperan aktif dalam sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan industri tebu. Untuk itu, sebuah program inovatif bernama Inkubator Agripreneur Tebu telah diperkenalkan. Program ini bertujuan untuk menarik minat para generasi muda untuk bergabung dan berinvestasi dalam sektor pertanian, sekaligus mengelola perkebunan tebu dengan cara yang lebih modern dan berkelanjutan.

Inkubator Agripreneur Tebu merupakan inisiatif dari PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), yang bergerak dalam komoditas gula. Program ini didukung oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Program ini bertujuan untuk menyelaraskan isu produktivitas dengan melibatkan peran generasi muda dalam sektor pertanian, mengingat pertanian memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan negara.

Direktur Utama SGN, Mahmudi, menjelaskan bahwa tujuan dari Inkubator Agripreneur Tebu adalah untuk melatih dan mendampingi para generasi muda yang berminat menjadi agripreneur profesional dalam mengelola perkebunan tebu secara modern dan produktif. “Bisnis tebu adalah bisnis yang low risk dan menguntungkan,” ungkap Mahmudi. Program ini diharapkan dapat memberikan keterampilan teknis serta pendampingan untuk para peserta agar mampu membangun usaha tani yang berdampak positif bagi sektor pertanian Indonesia. Peserta yang lolos seleksi nantinya akan diberikan kesempatan untuk mengelola lahan tebu seluas 50 hingga 100 hektar dengan manajemen yang efisien menggunakan teknologi modern.

Program ini mendapat apresiasi dari Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, yang menekankan bahwa program ini bukan hanya sekedar untuk meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi juga bertujuan untuk mengajak generasi muda untuk bertani dengan cara yang lebih modern. “Kita ingin generasi muda terlibat dalam pertanian yang lebih maju, dengan mekanisasi dan teknologi digital sehingga transparansi dan produktivitas dapat terjaga dengan baik,” jelas Ghani dalam sambutannya. Ia berharap para peserta bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani Indonesia.

Salah satu aspek menarik dari Inkubator Agripreneur Tebu adalah keterlibatan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang berencana untuk menyiapkan petugas pendamping yang akan bertugas membantu petani tebu rakyat. Heru Tri Widarto, Plt Direktur Jenderal Perkebunan, mengapresiasi langkah ini, menyatakan bahwa SGN telah menyiapkan 2.000 karyawan yang akan berfungsi sebagai penyuluh dan pendamping untuk para petani tebu rakyat. Program ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi stakeholders lainnya dalam mengembangkan sektor pertanian yang berkelanjutan.

Antusiasme dari generasi muda terhadap program ini sangat besar. Dalam waktu hanya tiga hari setelah dibuka, jumlah pendaftar mencapai 1.110 peserta. Proses seleksi kini sedang berlangsung, meliputi berbagai tahap, seperti seleksi awal, pelatihan lapangan, bootcamp, dan pendampingan oleh para ahli. Semua tahapan tersebut dirancang untuk mencetak petani muda yang kompetitif dan siap untuk berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.

Program Inkubator Agripreneur Tebu ini juga memberikan keuntungan besar bagi para pesertanya. Peserta program akan mendapatkan akses kepada teknologi pertanian modern, bibit unggul, serta fasilitas yang memadai untuk memulai usaha tani tebu dengan standar tinggi. Ini bukan hanya tentang meningkatkan swasembada gula, tetapi juga menciptakan peluang bagi generasi muda untuk menjadi pelopor dalam revolusi pertanian modern di Indonesia.

Pencapaian swasembada gula pada tahun 2028 sangat bergantung pada kemampuan sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas. Saat ini, rata-rata produksi tebu nasional hanya sekitar 5 ton per hektar, namun pemerintah menargetkan peningkatan menjadi 8 ton per hektar. Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengungkapkan bahwa pada tahun ini produksi gula meningkat sebesar 13 persen dibandingkan tahun lalu, dengan kontribusi besar dari SGN. Dengan peningkatan ini, produksi gula nasional telah mencapai 2,4 juta ton per tahun, dan separuh dari peningkatan tersebut berasal dari kontribusi SGN.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam berbagai kesempatan juga menekankan pentingnya swasembada pangan dalam waktu 4 hingga 5 tahun ke depan. Dengan kontribusi dari program-program seperti Inkubator Agripreneur Tebu, diharapkan Indonesia dapat mencapai swasembada gula yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga mampu mengurangi ketergantungan pada impor. Peningkatan produktivitas melalui kemitraan yang saling menguntungkan antara petani, perusahaan, dan pemerintah menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *