Menurut Ridwan, Rival mengalami insiden tersebut tanpa membawa dokumen resmi seperti paspor, buku pelaut, atau kartu identitas lainnya. Kondisi ini sempat menyulitkan proses identifikasi. Beruntung, setelah dua hari terombang-ambing di tengah Samudra Hindia, Rival diselamatkan oleh nelayan Iran. Ia kemudian bertahan di kapal tersebut selama 13 hari sebelum dibawa ke tim marinir Chabahar di Iran. Dari sana, Rival diserahkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan lebih lanjut.
Ridwan menjelaskan bahwa pihak Kedubes RI di Iran memfasilitasi proses kepulangan Rival ke Tanah Air. Rival dijadwalkan tiba di kampung halamannya melalui Bandara Depati Amir Pangkalpinang. Selama proses kepulangan, ia berada dalam kondisi sehat dan tidak mengalami gangguan serius meski telah melewati situasi yang sangat sulit.
Kedatangan Rival di Bandara Depati Amir disambut oleh sejumlah pihak, termasuk Penjabat Bupati Bangka M Haris dan perwakilan dari HNSI. Mereka secara langsung mendampingi kepulangannya hingga ke rumahnya di Desa Bukit Layang. Kehadiran pemerintah daerah ini menjadi bentuk solidaritas serta dukungan bagi Rival dan keluarganya.
Kisah penyelamatan Rival ini menjadi pengingat pentingnya keselamatan dan kelengkapan dokumen saat bekerja di laut, khususnya bagi para nelayan yang melaut di perairan internasional. Ridwan berharap kejadian ini dapat meningkatkan kesadaran para nelayan akan pentingnya mematuhi prosedur dan melengkapi diri dengan dokumen yang diperlukan. Selain itu, ia juga mengapresiasi kerja sama internasional yang terjalin dalam penyelamatan Rival.
Selama masa sulitnya, Rival mendapatkan perlindungan dan bantuan dari nelayan Iran hingga akhirnya diserahkan ke tim marinir setempat. Dari sana, pihak Kedubes RI mengambil alih penanganan dan memastikan hak-hak Rival sebagai warga negara Indonesia tetap terlindungi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran diplomasi dalam menangani situasi darurat yang melibatkan warga negara di luar negeri.
Masyarakat Desa Bukit Layang menyambut kabar kepulangan Rival dengan penuh rasa syukur. Mereka menganggap Rival sebagai simbol keberanian dan ketangguhan, meski harus menghadapi tantangan besar di tengah lautan. Ridwan pun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelamatan Rival, termasuk nelayan Iran, tim marinir Chabahar, dan Kedutaan Besar RI di Iran.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, terutama para nelayan yang bekerja di laut lepas. Ridwan mengingatkan agar selalu mengutamakan keselamatan dan memastikan perlengkapan dokumen resmi sebelum berangkat melaut. Selain itu, insiden ini juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam menangani situasi darurat di perairan internasional.
Kisah Rival Sudia menjadi bukti nyata bahwa solidaritas dan bantuan lintas negara mampu menyelamatkan nyawa seseorang. Ini juga menjadi pengingat bahwa keselamatan di laut adalah hal yang tidak boleh diabaikan, baik oleh individu maupun pihak-pihak yang terlibat dalam industri perikanan. Dengan selamatnya Rival, diharapkan para nelayan lainnya dapat lebih waspada dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai perjalanan di laut.
Tinggalkan Balasan